Kamis, 13 Maret 2014

Tugas II Manusia & Keindahan



Tugas II Manusia & Keindahan
softskill

A.KEINDAHAN
Keindahan
            Kata keindahan berasal dari suku kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indah, pemandangan alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, tanaman, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengankebenaran.
            Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal dari- bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.
Nilai estetik
            Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Dalam ”Dictionary of Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut :
            ”The believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be of interest to an individual or a group” (Kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok).Hal itu berarti, bahwa nilai adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak kebenarannya.

Kontemplasi dan Ekstansi

Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan.
Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
 Manusia menciptakan berbagai macam peralatan untuk memecahkan rahasia gejala alami tersebut. Semuanya ini dilakukan dan hanya bisa terjadi berdasarkan resep atau pemikiran pendahuluan yang dihasilkan oleh kontemplasi. Siklus kehidupan manusia dalam
lingkup pandangan ini menunjukkan bahwa kontemplasi selain sebagai tujuan juga sebagai cara atau jalan mencari keserba sempurnaan kehidupan manusia
sumber :
http://sanusiadam79.wordpress.com/2013/04/04/manusia-dan-keindahan/
Apa sebab manusia menciptakan keindahan ?

Keindahan itu pada dasarnya adalah sesuatu yang alamiah. Alam ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiah atinya wajar, tidak berlebihan dan juga tidak kurang. Jika ada seseorang artis yang berperan dengan ekspresi yang berlebihan  atau tidak punya ekspresi tentunya ini bukan keindahan yang sebenarnya, karena keindahan yang sebenarnya adalah yang apa adanya, tidak dibuat-buat, tidak kurang maupun tidak lebih.  Pengungkapan keindahan pada sesuatu adalah bagaimana kita mengkondisikannya dengan motivasi tertentu dan dengan maksud tertentu.

Motivasi dan tujuan itu juga bermacam-macam. Motivasi dapat berupa sebuah pengalaman atapun kenyataan mengenai hal-hal  yang pernah kita alami, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan perubahan nilai dan moral dalam masyarakat, emngenai keagungan Tuhan,dll. Sedangkan tujuan itu sendiri dilihat dari segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan manusia secara kodrat. Berikut ini merupakan beberapa alasan mengenai tujuan dan motivasi seseorang menciptakan keindahan :

1.Tata niai yang telah usang

Tata nilai yang ada dalam adat istiadatsudah tidak sesuai dengan kedaan sehingga dirasakan sehingga dirasakan sebagai hambatan yang merugikan dan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Hal inilah yang dianggap mengurangi nilai moral kehidupan masyarakat sehingga dapat dikatakan sudah tak indah lagi. Oleh karena itulah manusia menciptakan nilai nilai keindahan baru yang bersifat menghargai dan mengankat martabat manusia.

2.Kemerosotan zaman

Keadaan yang merendahkan derajat dan nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral.kemerosotan moral dapat kita ketahui dari tingkah laku maupun perbuatan manusia yang sudah rusak terutama mengenai tentang kebutuhan seksual. Hal yang seperti inilah dapat dikatakan sudah tidak indah. Oleh karena itulah hal yang tidak indah semacam ini perlu dihilangkan dengan mengungkapkan protes lewat karya seni, contohny adalah sajak buatan WS rendra yang berjudul “Bersatulah Pelacur-Pelacur Jakarta”.

3. Penderitaan Manusia

Banyak faktor yang membuat manusia itu mederita. Tetapi yang paling menentukan ialah faktor dari dalam dirinya sendiri. Manusialah yang membuat orang menderita sebagai akibat nafsu ingin berkuasa, tamak, tidak berhati-hati, dsb. Oleh karena itu, keadaan yang demikian sudah tidak mempunyai daya tarik dan tidak menyenangkan. Karena nilai nilai manusia yang telah terabaikan dan sudah dapat dikatakan tidak indah lagi. Yang tidak indah seperti itu yang harus dihapuskan karena tidak bermanfaat bagi manusia.

4.Keagungan Tuhan

Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan keteraturan alam semesta serta kejadian kejadian alam yang pernah terjadi. Keindahan alam merupakan sesuatu yang mutlak ciptaan Tuhan dan tidak ada satupun makhluk yang dapat menciptakan hal yang serupa. Karena tidak dapat menciptakan hal serupa, oleh karena itulah manusia hanya bisa meniru keindahan ciptaan Tuhan itu sendiri. Hal itulah juga yang menginspirasi Leonardo da Vinci yang menciptakan karya seni lukisan fenomenal Monalisa karena terinspirasi dari keindahan  makhluk ciptaan Tuhan.
- See more at:
http://info-83.blogspot.com/2012/03/apa-sebab-manusia-menciptakan-keindahan.html#sthash.YOWamoqH.dpuf
KEINDAHAN MENURUT PANDANGAN ROMANTIK
Dalam buku AN Essay On Man (1954), Ems Cassirer mengatakan bawa arti keindahan tidak bisa pernah selesai diperdebatkan. Meskipun demikian, kita dapat menggunakan kata-kata penyair romantik John Keats (1795-1821) sebagai peganagan. Dalam Endymion dia berkata :A thing of beauty is a koy forever
Its lovelineess iscreases; it will never pass into nothingness
Dia mengatakan, bahwa sesuatu yang indah adalah keriangan selama-selamanya, kemolekannya bertambah dan tidak pernah berlalu ke ketiadaan. Dari sini kita mengetahui bahwa keindahan hanyalah sebuah konsep yang baru berkomunikasi setelah mempunyai bentuk.
Selanjutnya Keats membedakan antara orang biasa dan seniman, dan antara seniman biasa dan seniman yang baik yang dapat mencipta sesuatu yang indah menurut dia. Pada suatu kesempatan ia melihat lukisan “Death on the Pale Horse”, karya pelukis West misalnya, yaitu mengenai seseorang yang mati diatas kuda yang pucat, dia langsung berpendapat bawa West bukanlah seniman yang baik. Menurut Keats, west tidak mempunyai cukup negative capability.
Pada hakekatnya negative capability adalah suatu proses. Keraguan, ketidaktentuan dan misteri adalah suatu proses. Proses inilah yang membuat seseorang menjadi kreatif. Orang yang tidak mempunyai negative capbility tidak akan kreatif, karena segala sesuatu baginya sudah jelas, tidak menimbulkan keraguan dan tidak merupakan misteri.
http://fauzanagam10.wordpress.com/2013/04/04/bab-5-manusia-dan-keindahan-1-keindahan/
TEORI-TEORI RENUNGAN
Renungan berasal dari kata renung, artinya : diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil dari merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori, diantaranya :

Teori Pengungkapan
Dalil dari teori ini adalah ” Arts are in expression of human feeling ” ( seni adalah merupakan ungkapan dari perasaan manusia ).
Teori ekspresi yang paling terkenal adalah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris ” Aesthetic as Science of Expression and General Lingusitic “. Beliau menyatakan bahwa ” art is expression of impressions ” (seni adalah ungkapan dari kesan-kesan). Expression sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images).
Menurut Leo Tolstoi kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan berbagai gerak, garis, warna, suara, dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.

Teori Metafisik
Teori yang bersifat metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Sesuai dengan metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita ilahi. Pada tahap yang lebih rendah terdapat realita duniawi yang merupakan cerminan semu yang mirip realita ilahi itu.
Contoh : Plato mengemukakan ide ke-ranjangan yang abadi, asli indah dan sempurna ciptaan Tuhan. Dan kemudian tukang kayu membuat ranjang dari kayu yang merupakan ide tertinggi ke-ranjangan itu. Dan akhirnya seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya ke dalam lukisan.
Dalam zaman modern suatu teori seni lainnya yang bercorak metafisis dikemukakan oleh filsuf Arthur Schopenhauer (1788-1860). Menurut beliau seni adalah suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita. Dan realita yang sejati adalah suatu keinginan (will) yang sementara.
Dengan melalui perenungan semacam ini lahirlah karya seni. Seniman besar adalah seseorang yang mampu dengan perenungannya itu menembus segi-segi praktis dari benda-benda sekelilingnya dan sampai pada maknanya yang dalam, yakni memahami ide-ide dibaliknya.
Teori Psikologis
Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni semacam permainan yang menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Bagi Spencer,
permainan itu berperan untuk mencegah kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan kemudian menciut karena disia-siakan.
Teori lain yang dapat dimasukkan ke dalam teori psikologis adalah teori penandaan (signification theory) yang memandang seni sebagai suatu lambang atau tanda dari perasaan manusia.Sumber : http://agnezkembaren.wordpress.com/category/
C.Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang.Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang berpakaian harus dipadukan warnanya bagian atas dengan bagian bawah. Atau disesuaikan dengan kulitnya. Apabila cara memadu itu kurang cocok, maka akan merusak pemandangan. Sebaliknya, bila serasi benar akan membuat orang puas karenanya. Atau orang yang berkulit hitam kurang pantas bila memakai baju warna hijau, karena itu justru menggelapkan kulitnya.Filsuf Inggris Herbert Read merumuskan definisi, bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauty is unity of formal relations among our sence-perception). Pendapat lain menganggap pengalaman estetik suatu keselarasan dinamik dari perenungan yang menyenangkan. Dalam keselaransan itu seseorang memiliki perasaan-perasaan seimbang dan tenang, mencapai cita rasa akan sesuatu yang terakhir dan rasa hidup sesaat di tempa-tempat kesempurnaan yang dengan senang hati ingin diperpanjangnya.
a) Teori Obyektif dan Teori Subyektif
The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori obyektif dan teori subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan merupakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alam pikiran orang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori subyektif.
Pendukung teori obyektif aldah Plato, Hegel dan Benard Bocanquat, sedang pendukung teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffes bury, dan Edmund Burke. Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sigat(kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah mengungkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad ialah perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu. Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik sebgai tanggapan terhadap benda indah itu.Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa menyukai atau meikmati benda itu.
b) Teori Perimbangan
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kwalita dari benda-benda: Kwalita bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijwab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abad 5 sebelum masehi sampai abad 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani kuno yang berupa banyak tiang besar.
Teori perimbangan tentang keindahan dari bangsa Yunani Kuno dulu dipahami pula dalam arti lebih terbatas. Bangsa Yunani menemukan bahwa hubungan-hubungan matematik yang cermat sebagaimana terdapat dalam ilmu ukur dan berbagai pengukuran proposi ternyata dapat diwujudkan dalam benda-benda bersusun yang indah. Bahkan Pythagoras yang mencetuskan teori proporsi itu menemukan bahwa macamnya nada yang dikeluarkan oleh seutas senar tergantung pada panjang senar itu dan bahwa macamnya nada yang dikeluarkan oleh seutas senar akan menghasilkan susunan nada yang selaras (yakni indah di dengar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar