Peranan Dan Fungsi Bahasa Indonesia
Peranan Bahasa Indonesia dalam konsep
ilmiah sebagai alat untuk menyerap dan mengungkapkan hasil pemikiran. Dalam
tulisan ilmiah, bahasa sering diartikan sebagai tulisan yang mengungkapkan buah
pikiran sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang seksama dalam
bidang ilmu pengetahuan tertentu, menurut metode tertentu, dengan sistematika
penulisan tertentu, serta isi, fakta, dan kebenarannya dapat dibuktikan dan
dapat dipertanggungjawabkan. Bentuk-bentuk karangan ilmiah identik dengan jenis
karangan ilmiah, yaitu makalah, laporan praktik kerja, kertas kerja, skripsi, tesis,
dan disertasi.
Negara Indonesia terkenal sebagai negara yang
memiliki kebudayaan, adat istiadat dan bermacam – macam jenis suku bahasanya. Sehingga Bahasa Indonesia
berperan sebagai alat yang mempersatukan semua suku bahasa
yang ada di Indonesia atau Negara Indonesia.
Peranan Bahasa Indonesia yaitu :
1.
Sebagai alat komunikasi
2.
Sebagai alat untuk mengekspresikan diri
3.
Sebagai alat integrasi dan beradaptasi sosial
dalam lingkungan atau situasi tertentu
4.
Sebagai alat untuk melakukan control sosial
Bahasa ialah yang mempersatukan suatu Negara. Bahasa memiliki
berbagai macam fungsi diantaranya sebagai alat komunikasi yang berarti setiap
orang dapat mengungkapkan hasil pemikirannya melalui bahasa itu sendiri, mereka
bebas berbicara dan bebas mengeluarkan pendapat selama bahasa yang digunakan
masih sesuai dengan kaidah-kaidah atau tata cara berbahasa yang baik. Bahasa
Indonesia mempunyai ketentuan-ketentuan didalamnya, baik dalam tata cara
penulisan, tata cara menyampaikan, begitupun dalam tanda bacanya seperti titik,
koma, tanda tanya, tanda seru, dan lain-lain.
Fungsi umum bahasa indonesia adalah sebagai alat komunikasi
sosial. Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Aktivitas
manusia sebagai anggota masyarakat sangat bergantung pada penggunaan bahasa
masyarakat setempat. Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disampaikan
lewat bahasa.
Selain fungsi bahasa diatas, bahasa merupakan tanda yang jelas
dari kepribadian manusia. Melalui bahasa yang digunakan manusia, maka dapat
memahami karakter, keinginan, motif, latar belakang pendidikan, kehidupan
sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia.
Menurut Sumiati Budiman (1987 : 1) mengemukakan bahwa fungsi
bahasa dapat dibedakan berdasarkan tujuan, yaitu :
1. Fungsi praktis :
Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interakis antar anggota masyarakat
dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2. Fungsi kultural
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan, menyebarkan dan mengembangkan
kebudayaan.
3. Fungsi artistik
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis (keindahan)
manusia melalui seni sastra.
4. Fungsi edukatif
Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
5. Fungsi politis
Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempusatkan bangsa dan untuk
menyelenggarakan administrasio pemerintahan.
Ragam Bahasa
Ragam
bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian.
Berbeda dengan dialek
yaitu varian dari sebuah bahasa
menurut pemakai
[1]. Variasi tersebut bisa berbentuk
dialek
aksen,
laras
, gaya, atau berbagai variasi
sosiolinguistik
lain, termasuk variasi
bahasa baku
itu sendiri
. Variasi di tingkat
leksikon, seperti
slang
dan
argot,
sering dianggap terkait dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun
penggunaannya kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri.
Berdasarkan pokok pembicaraan,
ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
·
Ragam bahasa undang-undang
·
Ragam bahasa jurnalistik
·
Ragam bahasa ilmiah
·
Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam
bahasa dibedakan atas:
1. Ragam
lisan yang antara lain meliputi:
·
Ragam bahasa cakapan
·
Ragam bahasa pidato
·
Ragam bahasa kuliah
·
Ragam bahasa panggung
2. Ragam
tulis yang antara lain meliputi:
·
Ragam bahasa teknis
·
Ragam bahasa undang-undang
·
Ragam bahasa catatan
·
Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan
antarpembiacra dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara
·
Ragam bahasa resmi
·
Ragam bahasa akrab
·
Ragam bahasa agak resmi
·
Ragam bahasa santai
·
dan sebagainya
Ejaan Yang Disempurnakan
EYD adalah kaidah atau tata cara
penggunaan bahasa Indonesia untuk keteraturan dan keseragaman bentuk terutama
dalam bahasa penulisan.Keteraturan Bentuk akan memberi ketepatan dan
memperjelas makna dari bahasa itu sendiri dalam penggunaannya.Ejaan Yang
Disempurnakan adalah ejaan yang berlaku sejak tahun 1972,ejaan ini menggantikan
ejaan yang sebelumnya digunakan oleh Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi.Sekarang kita akan membahas tentang sejarah dari Ejaan Yang
Disempurnakan,adapun sejarahnya adalah sebagai berikut :
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan,sudah mengalami perubahan system ejaan
yaitu :
1. Ejaan Van Ophuysen
2. Ejaan Suwandi
3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Itu adalah sejarah perubahan system penggunaan Ejaan Yang
Disempurnakan,sekarang saya akan menjelaskan perubahan system tersebut
Ejaan Ophuysen
Ejaan Republik (Ejaan Suwandi) Ejaan Yang
Disempurnakan(EYD)
(1901-1947)
(1947-1972)
(Mulai 16 Agustus 1972)
1. Choesoes
1.Chusus
1.Khusus
2. Djoem’at
2.Djum’at
2.Jumat
3. Ja’ni
3.Jakni
3.Yakni
Dari perubahan system diatas,perubahan
terakhirlah yang digunakan hingga saat ini yaitu Ejaan Yang Disempurnakan(EYD).Selain
perubahan system penulisan EYD,ada juga ruang lingkup yang berkaitan dengan
penulisan EYD,ruang lingkup tersebut meliputi lima aspek sebagai berikut :
1. Pemakaian huruf
2. Penulisan huruf
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur
5. Pemakaian tanda baca
Yang pertama ada Pemakaian huruf,dalam
EYD pemakaian huruf adalah bagaimana cara pemakaian huruf yang benar sesuai
dengan kaidah atau tata cara dalam EYD,pemakaian huruf tersebut terbagi lagi
menjadi 5 bagian diantaranya : 1.Huruf abjad 2.huruf vocal 3.huruf konsonan
4.huruf diftong 5.gabungan huruf konsonan.Selanjutnya ada penulisan
huruf,disini penulisan huruf itu harus sesuai dengan EYD agar makna dari
penulisan kata tersebut dapat atau mudah dimengerti bagi para pembaca,penulisan
huruf tersebut terbagi lagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Penggunaan Huruf Kapital
1. Jabatan tidak diikuti nama orang
2. Huruf pertama nama bangsa
3. Nama geografi sebagai nama jenis
4. Setiap unsur bentuk ulang sempurna
5. Penulisan kata depan dan kata sambung
2. Penulisan Huruf Miring
1. Penulisan nama buku
Contoh: Buku Jurnalistik
Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
2. Penulisan penegasan kata dan penulisan
bahasa asing
Contoh: boat modeling,
aeromodeling, motorsport.
3. Penulisan kata ilmiah
Contoh, royal-purple amethyst,
crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
Selanjutnya ada penulisan kata adalah penulisan kata yang
biasa kita gunakan pada kehidupan sehari – hari dan penulisan kata tersebut
terbagi menjadi 9 jenis yaitu :
1. Kata dasar
2. Kata turunan ( kata berimbuhan )
3. Kata ulang
4. Gabungan kata
5. Kata depan/preposisi (di,ke,dari,dalam,kepada,pada)
6. Kata sandang ( si dan sang )
7. Partikel
8. Singkatan dan akronim
9. Angka dan lambang bilangan
Setelah penulisan kata,selanjutnya ada
lagi tentang penulisan unsur serapan.Penulisan unsur serapan disini maksudnya
adalah seringkalinya mengambil dan menyerap unsur asing tanpa memperhatikan
aturan,situasi dan kondisi yang ada.Berdasarkan taraf integritasnya ,unsur
serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian yaitu : 1.Secara adopsi
2.Secara adaptasi.
Dan yang terakhir adalah
pemakaian tanda baca,pemakaian tanda baca itu sendiri sangat banyak dan masing
– masing memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda – beda pula contohnya adalah
sebagai berikut :
1. Tanda Titik (. )
1. Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
2. Tanda titik dipakai pada akhir
singkatan nama orang.
3. Tanda titik dipakai pada akhir
singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
2. Tanda Koma ( , )
1. Tanda koma dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata
tetapidan melainkan.
3. Tanda Titik Koma (; )
1. Tanda titik koma dapat dipakai
untuk memisahkan bagianbagian kalimat yang sejenis dan setara.
4. Tanda Titik Dua ( : )
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah
kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
5. Tanda Hubung ( – )
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata
dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan
dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan
bagian kata di
depannya pada
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur
kata ulang.
6. Tanda Pisah ( – )
1. Tanda pisah membatasi penyisipan
kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun
kalimat.
2. Tanda pisah menegaskan adanya
aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih
jelas.
7. Tanda Elipsis ( … )
1. Tanda elipsis menggambarkan kalimat
yang terputus-putus.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa
dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Tanda Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah, atau yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Tanda Kurung ( )
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh
kurung tutup saja.
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang
ditulis orang lain.
Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Tanda Petik (“… “)
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat.
Tanda Petik Tunggal ( ‘ … ‘ )
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain.
Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau
ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada
kurung)
Tanda Ulang ( …2 ) (angka 2 biasa)
Tanda Kurung Siku ([... ])
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.
Tanda Garis Miring ( / )
1. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan,
atau, per, atau nomor alamat.
3. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ‘ )
4. Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
Contoh Wacana Menggunakan EYD.
Asep Syamsul M. Romli ( dosen mata kuliah
bahasa jurnalistik) menjelaskan peran EYD dan penggunaan EYD dalam bahasa
jurnalistik. Beliau menjelaskan, EYD merupakan aturan tata Bahasa Indonesia
yang baku. Peran EYD yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna Bahasa
Indonesia. Siapa pun, kapan pun, dimana pun menggunakan EYD secara benar dan
baik, maka harus mengacu pada EYD yang sesuai dengan Undang-Undang dan
Pancasila. EYD pun memiliki pengecualian, biasanya pada penulisan judul. EYD
yang digunakan saat ini adalah EYD yang telah disepakati oleh 3 negara yakni Indonesia, Malaysia dan
Bruneidarussalam.
DIKSI (Pemilihan Kata)
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen
Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan).
Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata – kata yang sesuai
dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata
mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu
gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau
menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam
suatu situasi.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata
tertentu yang sengaja dipilih dan digunakan oleh pengarang.
Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi
dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui
pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki
(Nurgiyantoro 1998:290).
Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang
harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan
kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang
paling baik digunakan dalam suatu situasi.
• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah
keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran – kata formal atau
informal dalam konteks sosial – adalah yang utama. Analisis diksi secara
literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan
karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan
fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang
berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga
memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Selain itu
juga Diksi, digambarkan dengan kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata
dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya.
Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata
dan gaya. Atau kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar.
Diksi terdiri dari delapan elemen
yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi,
dan uterans.
Macam macam hubungan makna :
Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai
ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih
sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap
kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata
buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna
lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke
atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak
di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta
api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan
kepala jarum dan Iain-lain.
Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain,
sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap
merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah
hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya
berbeda.
Kesesuaian Diksi
Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata
mana yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun kadang-kadang
masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata bahasa,pola kalimat, panjang
atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain. Perbedaan antara
ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan
pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang
kita masuki.
Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam
situasi yang formal.
Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam
situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata
popular.
Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian
kata-kata slang
Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.
1. Kata-kata denotatif dan
konotatif
a. Makna denotasi adalah makna
yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang
bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan
makna.
Contoh kata denotatif :
- Membicarakan
- Memperlihatkan
- Penonton
b. Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya
bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh kata konotatif :
- Membahas, mengkaji
- Menelaah, meneliti, menyelidiki
- Pemirsa, pemerhati
2. Kata umum dan kata khusus
a. Makna umum adalah makna
yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
b. Makna khusus adalah makna yang
memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Contoh kata umum dan kata khusus
Kata
umum Kata
khusus
-
Ikan -
Gurame, Lele, Sepat, Tuna, dll.
-
Bunga -
Mawar, Melati, Anggrek, dan Dahlia
3. Kata makna bersinonim
Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada
dasarnya memiliki makna yang hampir mirip atau serupa. Dalam penggunaan kata
besinonim harus memilih kata yang tepat dalam kalimat ragam formal.
Karena meskipun bersinonim pada dasarnya memiliki perbedaan dalam konteks
penggunaannya.
Contoh kata bersinonim :
- Cerdas =
Cerdik, Hebat, Pintar.
- Besar =
Agung, Raya
-
Mati =
Mangkat, Wafat, Meninggal
- Ilmu =
Pengetahuan
- Penelitian =
Penyelidikan
4. Kata baku dan non-baku
Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan beberapa seperti :
a. Ranah finologis
Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :
- Penambahan
fonem
Kata
baku Kata
non baku
Imbau Himbau
Andal Handal
Utang Hutang
- Pengurangan
fonem
Kata
baku Kata
non-baku
Terap Trap
Terampil Trampil
Tetapi Tapi
Tidak Tak
- Pengubahan
fonem
Kata baku Kata
non-baku
Telur Telor
Ubah Obah
Tampak Nampak
5.Dalam penggunaan kata depan
dan kata penghubung harus digunakan secara tepat, yang sesuai dengan
jenis keterangan dalam jenis kalimat :
1. Untuk keterangan tempat di
gunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
2. Untuk keterangan waktu
digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama, sepanjang.
3. Untuk keterangan alat di
gunakan kata dengan.
4. Untuk keterangan tujuan
digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
5. Untuk keterangan cara
digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
6. Untuk keterangan penyerta
di gunakan kata dengan, bersama, beserta.
7. Untuk keterangan
perbandingan atau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan,laksana.
8. Untuk keterangan sebab di
gunakan kata karena, sebab.
6. Penulisan kata
secara benar
Dalam kalimat ragam formal, harus menuliskan kata secara benar
seperti :
- Penulisan kata depan di yang benar adalah di tulis secara
terpisah dari kalimat yang sesudahnya.
- Penulisan kata depan ke yang benar adalah di tulis secara terpisah
dari kalimat yang sesudahnya.
- Penulisan kata depan dari yang benar adalah di tulis secara
terpisah dari kalimat yang sesudahnya.
Selain kesalahan penulisan kata depan (preposisi),
sering pula kesalahan sebagai berikut :
- Penulisan
partikel non seperti pada contoh :
Penulisan yang
benar Penulisan
yang salah
Non-Indonesia Non
Indonesia
Non-batak Non
batak
Nonformal Non
formal, non-formal
- Penulisan
partikel sub seperti pada contoh :
Penulisan yang
benar Penulisan
yang salah
Subbab Sub
bab, Sub-bab
Subbagian Sub
bagian, Sub-bagian
- Penulisan
pertikel per seperti pada contoh :
Penulisan yang
benar Penulisan
yang salah
per
jam Perjam
per bulan Perbulan
per
tahun Pertahun
- Penulisan
kata per
Kata per yang memiliki arti ‘menjadikan lebih’ atau
memperlakukannya sebagai’
Penulisan yang benar Penulisan yang salah
Perbesar Per
besar
Persingkat Per
singkat
Dalam bahasa indonesia, kata “ pun “ yang mempunyai arti :
”juga” harus di tuliskan secara terpisah dengan kata yang di
ikutinya
Penulisan yang
benar Penulisan
yang salah
Aku
pun Akupun
Sedikit
pun Sedikitpun
Kata pun pada kata tertentu yakni ungkapan yang sudah padu harus
di tuliskan serangkai dengan kata yang diikutinya.
Penulisan yang
benar Penulisan
yang salah
Meskipun Meski
pun
Bagaimanapun Bagaimana
pun
Dalam kata pasca, bentuk terikat pasca di tulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya.
Penulisan yang
benar Penulisan
yang salah
Pascasarjana Pasca
sarjana, Pasca-sarjana
Pascapanen Pasca
panen, Pasca-panen
Selain itu dalam penulisan awalan tertentu, seperti :
Penulisan yang
benar Penulisan
yang salah
Betolak
belakang Betolaktolang
Mendarah daging Mendarahdaging
7. Homonim, Homofon, Homograf
a. Homonim
Homo artinya sama, nym berarti nama, jadi homonim adalah sama
nama, sama bunyi tetapi beda makna, contoh : bandar sama dengan pelabuhan, dan
dan pemegang uang dalam perjudian.
b. Homofon
Bunyi atau suara yang mempunyai sama, berbeda tulisan dan berbeda
makna contoh :
Bank : tempat menyimpan uang
Bang : panggilan untuk kakak laki-laki
c. Homograf
Sama tulisan, berbeda bunyi dan berbeda makna, contoh :
Ular kobra itu bisanya mematikan
Aku bisa memastikan ayah tidak akan marah jika aku telat pilang
karena latihan
8. Kata abstrak dan kata
konkrit
Kata abstrak berupa konsep
Contoh : kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan
Kata kponkrit berupa objek yang dapat diamati
Contoh : angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami
kenaikan hingga sembilan persen. Membicarakan membahas, mengkaji.
9. Penentuan batas kata
Dalam ilmu linguistik barat ada minimal lima cara dalam menentukan
batas-batas kata:
a. Pada jeda
Seorang pembicara disuruh untuk mengulang kalimat yang diberikan
secara pelan, diperbolehkan untuk beristirahat dan mengambil jeda. Sang
pembicara maka akan cenderung memasukkan jeda pada batas-batas kata. Namun
metoda ini tidaklah sempurna: sang pembicara bisa dengan mudah memilah-milah
kata-kata yang terdiri dari banyak suku kata.
b. Keutuhan
Seorang pengguna disuruh untuk mengucapkan sebuah kalimat secara
keras dan lalu disuruh untuk mengucapkannya lagi dan ditambah beberapa kata.
c. Bentuk bebas minimal
Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield.
Kata-kata adalah leksem, jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri.
d. Batas fonetis
Beberapa bahasa mempunyai aturan pelafazan khusus yang membuatnya
mudah ditinjau di mana batas kata sejatinya. Misalnya, di bahasa yang secara
teratur menjatuhkan tekanan pada suku-kata terakhir, maka batas kata mungkin
jatuh setelah masing-masing suku-kata yang diberi tekanan. Contoh lain bisa
didengarkan pada bahasa yang mempunyai harmoni vokal (seperti bahasa Turki):
vokal dalam sebagian kata memiliki "kualitas" sama, oleh sebab itu
batas kata mungkin terjadi setiap kali kualitas huruf hidup berganti. Tetapi,
tidak semua bahasa mempunyai peraturan fonetis seperti itu yang mudah, kalaupun
iya, pada bahasa ini ada pula perkecualiannya.
e. Satuan semantic
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas
ini, metode ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya
yang paling kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai
semantik kecil (dan sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau
kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata majemuk.
Dalam prakteknya, para ahli bahasa
menggunakan campuran semua metode ini untuk menentukan batas kata dalam
kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi persis kata sering masih sangat
sukar ditangkap.